Jumat, 28 Desember 2012

PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK TERKAIT KASUS PALESTINA-ISRAEL DALAM PEMBERITAAN CNN

Timur tengah secara geografis merupakan kawasan yang sangat strategis sehingga kawasan ini selalu menjadi pusat perhatian dunia dengan segala keistimewaannya juga termasuk konflik-konflik yang menyertainya. Hal inilah yang kemudian menarik para warta berita berbondong-bondong untuk meliput dan memberitakan pada masyarakat dunia mengenai apa yang tengah terjadi disana dengan sedetail mungkin dan berupaya untuk selalu menjadi yang terakurat dan terdepan dalam mengangkat isu-isu yang terjadi di kawasan Timur Tengah ini. Salah satu konflik yang menjadi sorotan dunia berita dan masyarakat Internasional adalah konflik antara Israel Palestina yang berkepanjangan sampai saat ini dan memang berita ini masih sangat menarik untuk dibahas dari mulai orang awam, mahasiswa, politikus sampai pada juru berita. Konflik ini terlihat begitu menarik dan masih memiliki daya jual yang tinggi dalam pemberitaan-pemberitaan di media massa di seluruh dunia. Sehingga sering kali kasus ini menjadi topik pembicaraan yang hangat. Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai kasus Palestina-Israel yang diangkat oleh CNN, adakah pengaruh pemberitaan CNN ini pada opini publik mengenai kasus tersebut dan bagaimana CNN dilihat dari teori Libertarian.
Dalam teori klasik tentang sistem pers di dunia menurut Fred Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm dalam bukunya “Four Theories of The Press” menyebutkan ada empat sistem pers, yaitu :
  1. Authoritarian
  2. Libertarian
  3. Social Responsibility
  4. Soviet Communist
Disini saya akan membahas mengenai Teori Libertarian ( Teori Media Massa Bebas ). Teori ini muncul pertama kali di Inggris setelah tahun 1688 kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan ke seluruh dunia. Teori ini muncul sebagai reaksi atas kontrol penguasa atau pemerintah terhadap pers. Asumsi dasar dari Teori Libertarian berangkat dari karya-karya Milton, Locke dan John Stuart Mill yang kesemuanya menekankan pada kebebasan dalam berpendapat. John Struat Mill mengatakan kemerdekaan adalah hak setiap individu yang telah matang untuk berpikir dan bertindak sesuai kehendaknya, sejauh pikiran dan tindakan itu tidak merugikan orang lain[1]. Tujuan utama dari Libertarian adalah memberi informasi, menghibur, menjual tapi terutama untuk menemukan kebenaran demi mengontrol pemerintah dan untuk memenuhi kebutuhan utama masyarakat akan suatu informasi. Pihak-pihak yang dapat menggunakan media adalah siapa saja yang mempunyai sarana ekonomi dan media massa ini kemudian dikontrol melalui proses kebebasan berpikir untuk menemukan kebenaran juga melalui proses pengadilan. Dalam teori Libertarian terdapat beberapa hal yang tidak boleh dilakukan antara lain, melakukan pencemaran nama baik, penghinaan, pornografi, tidak sopan dan melawan pemerintah pada waktu perang. Kepemilikan media massa di negara-negara demokrasi Liberal pada umumnya adalah atas nama swasta[2].
Adapun prinsip-prinsip dari teori Libertarian menurut Dennis McQuail dalam bukunya yang berjudul “Mass Communication Theory (1987), antara lain :
  1. Publikasi harus bebas dari setiap upaya penyensoran yang dilakukan oleh pihak ketiga
  2. Kegiatan penerbitan dan pendistribusiannya harus terbuka bagi setiap orang atau kelompok tanpa memerlukan izin atau lisensi
  3. Kecaman terhadap pemerintah, pejabat atau partai politik ( yang berbeda dari kecaman terhadap pribadi dan perorangan atau pengkhianatan dan gangguan keamanan ) seyogyanya tidak dapat dipidana
  4. Tidak perlu ada kewajiban atas segala macam hal
  5. Publikasi mengenai “kesalahan” dilindungi sama halnya dengan publikasi tentang “kebenaran” khususnya yang berkaitan dengan opini dan keyakinan
  6. Tidak diperlukan adanya pembatasan-pembatasan hukum terhadap upaya pengumpulan informasi untuk keperluan publikasi
  7. Tidak diperlukan adanya pembatasan-pembatasan dalam pengiriman dan penerimaan “pesan” didalam negeri ataupun antarnegara
  8. Wartawan harus memiliki otonomi profesional yang kuat dalam organisasi medianya[3].
Dan ketika media massa memiliki kekuasaan penuh untuk menyampaikan informasi pada khalayak umum mengenai apa yang mereka dapat maka proses pembentukan suatu opini publik pun terjadi. Seperti yang dikatakan oleh Schramm, komunikasi selalu membutuhkan tiga unsur utama yaitu sumber (source), pesan (message) dan sasaran (destination). Menurut Schramm komunikasi adalah suatu proses interaksi dimana kedua belah pihak menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan dan menerima sinyal sehingga akan selalu ada feedback dalam proses komunikasi tersebut[4].
CNN adalah salah satu contoh dari penerapan teori pers Libertarian. Pertama-tama akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai CNN itu sebenarnya. Cable News Network atau yang lebih dikenal dengan sebutan CNN ini adalah stasiun televisi kabel yang didirikan oleh Teed Turner dan Reese Schonfeld, CNN bermarkas besar di Atlanta, Georgia Amerika Serikat. CNN merupakan bagian dari Turner Broadcasting System yang dimiliki oleh Time Warner[5]. CNN merupakan stasiun berita televisi yang sangat berpengaruh sehingga apapun yang diangkat oleh CNN akan menjadi headline dalam berbagai surat kabar yang ada di dunia hal ini tentu saja karena reputasi yang dimiliki oleh CNN yang mana CNN adalah stasiun televisi kabel berita yang memiliki jam tayang 24 jam penuh dengan pemberitaan yang terus di update tiap menitnya, CNN juga menduduki peringkat kedua sebagai stasiun televisi kabel berpengaruh disusul oleh Al Jazeera English sedangkan diperingkat teratas ditempati oleh BBC World News. Pemberitaan oleh CNN pasti bisa membentuk opini publik yang menontonnya dan penerapan dari teori Libertarian terlihat dari kebebasan yang dimiliki oleh CNN dalam menayangkan sebuah berita kepada masyarakat yang terkadang bersifat mengkritisi kebijakan pemerintah AS sampai dengan dunia internasional beserta isu-isu globalnya. CNN berhak memberitakan pada masyarakat tentang informasi yang mereka dapat tanpa takut akan adanya intervensi terhadap pemberitaan yang akan mereka angkat.
Terkait pada kasus Palestina-Israel, CNN pada tanggal 31 Desember 2008 dengan Anchor-nya Rick Sanchez memberitakan mengenai pelanggaran perjanjian gencatan senjata oleh Israel. Pada saat itu Rick Sanchez menayangkan beberapa video yang memperlihatkan IDF attack yang dilakukan oleh Israel terhadap Gaza-Palestina dengan jumlah korban meninggal 390 orang dan 1600 orang terluka akibat serangan tersebut dan lebih dari setengah populasi rakyat Gaza yang kehilangan rumah mereka sehingga harus tidur di tenda penampungan yang sangat jauh dari kata layak. Dimana kemudian terdapat video yang memperlihatkan tank-tank Israel yang berjejer di daerah perbatasan dan dalam posisi siap menyerang dengan satu kali perintah, hal ini sesuai dengan penuturan dari salah satu komandan Israel yang tidak ingin namanya disebutkan. Menurut IDF ( Israeli Defense Force ) alasan mengapa mereka menyerang Gaza karena terdapat bukti video yang mereka miliki yang memperlihatkan terowongan-terowongan yang mengarah pada Mesir dan perbatasan antara Gaza dan Israel. Terowongan-terowongan ini ( menurut Israel ) digunakan untuk memasok bahan bakar dan persenjataan bagi Hamas dalam melawan Israel dan hal ini diyakini oleh Jim Clancy, koresponden dari CNN Internasional sekalipun Rick Sanchez mengatakan bahwasanya terowongan tersebut digunakan untuk memasok bahan makanan untuk rakyat Gaza yang terisolir. Hal inilah yang kemudian dijadikan alasan bagi Israel dengan mengatakan bahwasanya yang mengawali adalah Hamas tetapi kemudian terdapat sanggahan dari Mustafa Barghouti seorang legislasi Palestina yang mengatakan bahwasanya, “media massa dunia terlalu percaya pada apa yang dikatakan Israel padahal apa yang mereka katakan adalah suatu kebohongan. Kenyataannya yang selalu tidak patuh pada perjanjian gencatan senjata adalah Israel…” hal ini kemudian diselidiki oleh CNN yang kemudian menemukan beberapa fakta mengejutkan yang mana membenarkan apa yang dikatakan oleh Mustafa Barghouti. CNN menemukan beberapa bukti mengenai penyerangan tersebut seperti yang diungkap berikut ini :
“Which they confirmed, two months ago – this is back in November – there was an        attack. It was an Israeli raid that took out six people… The six month        ceasefire started   coming apart at the beginning of November after Israeli commandos    killed a team of                Hamas fighters during a raid on tunnel they suspected was being dug for kidnapping of                Israeli soldiers. That raid set off                    more Palestinian rocketing, That’s U.S. News and World        ReportThe        Guardian, A four-month ceasefire between Israel and Palestinian militants    in Gaza was in      jeopardy today– this was actually reported when it happened –after Israeli         troops killed six gunmen in a raid in the territory… Economist.com, The last straw came in      November, when Israelis killed six gunmen it said were digging tunnels to launch raid onto  Israel, spurring Hamas to respond with abarrage of rockets.”
Tetapi kemudian yang menjadi pertanyaan penting pada bahasan CNN kali ini tidak lagi siapakah yang memulai perang ini terlebih dahulu tetapi lebih kepada apa yang dirasakan oleh rakyat di masing-masing negara yang mana merasakan dampak dari peperangan ini[6].
Apa yang diberitakan oleh CNN terkait konflik antara Palestina dan Israel yang selama ini selalu berpusat pada siapa yang memulai peperangan terlebih dahulu memang sudah tidak lagi menjadi tajuk utama, pemberitaan kemudian beralih kepada apa yang dirasakan oleh penduduk yang tak lain merupakan korban dari peperangan yang tak kunjung usai ini. Sudut pandang lain yang berani diangkat oleh CNN ini menunjukkan bahwasanya CNN memegang teguh apa yang menjadi prinsip bagi media massa yang libertarian yaitu memberitakan secara terbuka pada masyarakat apa yang sudah mereka dapat tanpa adanya unsur keberpihakan pada salah satu pihak sekalipun memang tidak dapat dipungkiri terdapat unsur “menjual” yang juga diperhatikan oleh CNN sebagai stasiun televisi kabel yang menganut Libertarian. Inilah yang diungkap oleh CNN selain memberitakan dari sudut pandang Palestina CNN juga memberitakan dari sudut pandang Israel sehingga publik mampu menganalisa sendiri mana yang menurut mereka benar dan mana yang menurut mereka salah atau mungkin malah memunculkan suatu perspektif baru terkait pemberitaan ini, seperti yang dapat dilihat dari pendapat salah seorang penonton CNN yang mengatakan :
“Sad. Just like children. They both need to own up their action.[7]
Sudah sangat tidak relevan memang membicarakan siapa yang salah dan siapa yang benar saat ini dan inilah yang ingin diangkat oleh CNN ketika mereka mewawancarai seorang warga Palestina, Hasan dan seorang warga Israel, Karen Zivan. Kedua korban ini mengatakan hal yang benar-benar diluar perkiraan kita sebelumnya yang mana mereka mengatakan :
“Oh, of course. And I feel for their pain. I would -I would invite everyone in Gaza who  doesn’t want to be in Gaza to my home. But if my home is in the south, they wouldn’t want     to be there because rockets are landing there (Karen Zivan’said)… You know, I’m human.      I’m human and I feel – I                have been under this — I’ve been living, you  know, in this situation         for a very long time. And I know suffering. I have suffered, you know, a long           here. So I               really sympathize with all the people who are suffering all over the world because I lived it,      because I feel it because — it is from time to time, it is just — you know, you are   living the moment this is really scary. And the night is – from here to the morning, we spend      it all shivering.      And I want to tell Karen just one thing, that it is here            because of the  bombardment — all our windows are open in case of bombardment (Hasan’s said).”
Bila dilihat dalam teori komunikasi massa, teori Multi-Langkah lah yang dapat menjelaskan fenomena ini, teori ini mengatakan bahwasanya pengaruh itu bergerak dari media ke khalayak kemudian kembali pada media begitu seterusnya sehingga kita tidak hanya dipengaruhi oleh media melainkan juga interaksi antarpribadi yang kemudian mempengaruhi media dan orang lain. Hal inilah yang terjadi pada saat CNN memutar berita ini yang kemudian diapresiasikan dengan berbeda-beda oleh masyarakat. Ketika CNN mengangkat suatu berita maka perspektif penonton akan langsung bekerja dan melalui interaksi kemudian menciptakan suatu opini publik. Seperti yang nampak saat CNN mengangkat berita mengenai nasib para korban perang antara Palestina-Israel ini ditambah dengan opini yang disampaikan oleh Hasan dan Karen semakin mampu membentuk opini dalam pikiran tiap penonton CNN. Beberapa contoh yang terlihat setelah pemberitaan ini dimuat adalah munculnya lagu We Will Not Go Down milik Michael Heart. Musisi kelahiran Syiria yang kemudian menetap di Amerika Serikat ini mengaku menciptakan lagu tersebut setelah melihat pemberitaan CNN dan media-media lain yang memberitakan korab Palestina. Ia marah dan terharu ketika melihat pemberitaan tersebut dan pada awal Januari 2009 ia menciptakan sebuah lagu yang ditujukan untuk korban Gaza dan menggratiskan lagunya untuk di download ia juga menyarankan warga dunia untuk ikut serta menyelamatkan Gaza dengan memberikan sumbangan ke UNICEF atau ke badan-badan lain yang menangani usaha penyelamatan rakyat Gaza-Palestina[8]. Efek daripada lagu ini pun juga sangat nampak di seluruh penjuru dunia yang mengecam tindakan Israel seperti yang terlihat di beberapa belahan dunia. Seperti yang dikutip oleh Detik.com pada hari Kamis (1/1/2009), beberapa negara Arab meniadakan perayaan pergantian tahun, negara-negara tersebut antara lain Mesir, Jordania, Uni Emirat Arab dan Syiria. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk solidaritas atas penderitaan warga Palestina dan pembantaian yang terjadi di Gaza[9].  Lalu penggalangan dana bagi para korban yang dilakukan oleh warga indonesia yang ada di Malaysia pada tanggal 7 Januari 2009[10]. Kemudian demo-demo yang terjadi di Indonesia juga memperlihatkan betapa pemberitaan oleh media massa mampu menggerakkan opini publik.
Maka bila diambil kesimpulan dari pembahasan diatas adalah tugas menyampaikan suatu kebenaran ternyata bukanlah hal yang mudah. Ada berbagai kepentingan yang ikut ambil bagian dalam penyampaian suatu kebenaran. Oleh karena itu Media massa, khususnya televisi harus mampu berdiri pada pihak yang obyektif dalam penyampaian suatu berita pada masyarakat yang haus akan informasi. Pemberitaan oleh media massa televisi yang dianggap berkualitas, CNN dalam hal ini merupakan suatu proses pembentukan opini publik secara langsung. Sehingga jelas terdapat pengaruh dari pemberitaan CNN terkait kasus Palestina-Israel dalam membentuk opini publik yang awalnya opini publik berputar pada saling menyalahkan antara Hamas-Palestina dan Israel kemudian mulai berubah memikirkan dampak yang diakibatkan dan diderita oleh para korban perang. Sudut pandang lain yang berani diangkat oleh CNN ini merupakan cerminan dari penerapan teori Libertarian yang sangat memberikan kuasa, keleluasaan dan kebebasan pada media massa dalam mengumpulkan data sampai pada tahap menyampaikannya pada masyarakat luas walaupun memang tidak dapat kita pungkiri bahwasanya sangat tidak mungkin bila CNN tidak memiliki kepentingan dibalik pemberitaan tersebut dan seperti yang disebutkan sebelumnya, pemberitaan yang diangkat oleh CNN ini sangat memperhitungkan nilai jualnya dan kepentingan yang ada disini bukanlah kepentingan dari para petinggi salah satu pihak melainkan murni karena nilai jual dari berita yang akan ditayangkan karena salah satu tujuan dari Teori Libertarian adalah menjual berita.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India