Timur tengah secara geografis merupakan kawasan yang sangat strategis
sehingga kawasan ini selalu menjadi pusat perhatian dunia dengan segala
keistimewaannya juga termasuk konflik-konflik yang menyertainya. Hal
inilah yang kemudian menarik para warta berita berbondong-bondong untuk
meliput dan memberitakan pada masyarakat dunia mengenai apa yang tengah
terjadi disana dengan sedetail mungkin dan berupaya untuk selalu menjadi
yang terakurat dan terdepan dalam mengangkat isu-isu yang terjadi di
kawasan Timur Tengah ini. Salah satu konflik yang menjadi sorotan dunia
berita
dan masyarakat Internasional adalah konflik antara Israel Palestina
yang berkepanjangan sampai saat ini dan memang berita ini masih sangat
menarik untuk dibahas dari mulai orang awam, mahasiswa, politikus sampai
pada juru berita. Konflik ini terlihat begitu menarik dan masih
memiliki daya jual yang tinggi dalam pemberitaan-pemberitaan di media
massa di seluruh dunia. Sehingga sering kali kasus ini menjadi topik
pembicaraan yang hangat. Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas
mengenai kasus Palestina-Israel yang diangkat oleh CNN, adakah pengaruh
pemberitaan CNN ini pada opini publik mengenai kasus tersebut dan
bagaimana CNN dilihat dari teori Libertarian.
Dalam teori klasik tentang sistem pers di dunia menurut Fred Siebert,
Theodore Peterson dan Wilbur Schramm dalam bukunya “Four Theories of
The Press” menyebutkan ada empat sistem pers, yaitu :
- Authoritarian
- Libertarian
- Social Responsibility
- Soviet Communist
Disini saya akan membahas mengenai Teori Libertarian ( Teori Media
Massa Bebas ). Teori ini muncul pertama kali di Inggris setelah tahun
1688 kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan ke seluruh dunia. Teori
ini muncul sebagai reaksi atas kontrol penguasa atau pemerintah terhadap
pers. Asumsi dasar dari Teori Libertarian berangkat dari karya-karya
Milton, Locke dan John Stuart Mill yang kesemuanya menekankan pada
kebebasan dalam berpendapat. John Struat Mill mengatakan kemerdekaan
adalah hak setiap individu yang telah matang untuk berpikir dan
bertindak sesuai kehendaknya, sejauh pikiran dan tindakan itu tidak
merugikan orang lain
[1].
Tujuan utama dari Libertarian adalah memberi informasi, menghibur,
menjual tapi terutama untuk menemukan kebenaran demi mengontrol
pemerintah dan untuk memenuhi kebutuhan utama masyarakat akan suatu
informasi. Pihak-pihak yang dapat menggunakan media adalah siapa saja
yang mempunyai sarana ekonomi dan media massa ini kemudian dikontrol
melalui proses kebebasan berpikir untuk menemukan kebenaran juga melalui
proses pengadilan. Dalam teori Libertarian terdapat beberapa hal yang
tidak boleh dilakukan antara lain, melakukan pencemaran nama baik,
penghinaan, pornografi, tidak sopan dan melawan pemerintah pada waktu
perang. Kepemilikan media massa di negara-negara demokrasi Liberal pada
umumnya adalah atas nama swasta
[2].
Adapun prinsip-prinsip dari teori Libertarian menurut Dennis McQuail
dalam bukunya yang berjudul “Mass Communication Theory (1987), antara
lain :
- Publikasi harus bebas dari setiap upaya penyensoran yang dilakukan oleh pihak ketiga
- Kegiatan penerbitan dan pendistribusiannya harus terbuka bagi setiap orang atau kelompok tanpa memerlukan izin atau lisensi
- Kecaman terhadap pemerintah, pejabat atau partai politik ( yang
berbeda dari kecaman terhadap pribadi dan perorangan atau
pengkhianatan dan gangguan keamanan ) seyogyanya tidak dapat dipidana
- Tidak perlu ada kewajiban atas segala macam hal
- Publikasi mengenai “kesalahan” dilindungi sama halnya dengan
publikasi tentang “kebenaran” khususnya yang berkaitan dengan opini
dan keyakinan
- Tidak diperlukan adanya pembatasan-pembatasan hukum terhadap upaya pengumpulan informasi untuk keperluan publikasi
- Tidak diperlukan adanya pembatasan-pembatasan dalam pengiriman dan penerimaan “pesan” didalam negeri ataupun antarnegara
- Wartawan harus memiliki otonomi profesional yang kuat dalam organisasi medianya[3].
Dan ketika media massa memiliki kekuasaan penuh untuk menyampaikan
informasi pada khalayak umum mengenai apa yang mereka dapat maka proses
pembentukan suatu opini publik pun terjadi. Seperti yang dikatakan oleh
Schramm, komunikasi selalu membutuhkan tiga unsur utama yaitu sumber
(source), pesan (message) dan sasaran (destination). Menurut Schramm
komunikasi adalah suatu proses interaksi dimana kedua belah pihak
menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan dan menerima
sinyal sehingga akan selalu ada feedback dalam proses komunikasi
tersebut
[4].
CNN adalah salah satu contoh dari penerapan teori pers Libertarian.
Pertama-tama akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai CNN itu
sebenarnya. Cable News Network atau yang lebih dikenal dengan sebutan
CNN ini adalah stasiun televisi kabel yang didirikan oleh Teed Turner
dan Reese Schonfeld, CNN bermarkas besar di Atlanta, Georgia Amerika
Serikat. CNN merupakan bagian dari Turner Broadcasting System yang
dimiliki oleh Time Warner
[5].
CNN merupakan stasiun berita televisi yang sangat berpengaruh sehingga
apapun yang diangkat oleh CNN akan menjadi headline dalam berbagai surat
kabar yang ada di dunia hal ini tentu saja karena reputasi yang
dimiliki oleh CNN yang mana CNN adalah stasiun televisi kabel berita
yang memiliki jam tayang 24 jam penuh dengan pemberitaan yang terus di
update tiap menitnya, CNN juga menduduki peringkat kedua sebagai stasiun
televisi kabel berpengaruh disusul oleh Al Jazeera English sedangkan
diperingkat teratas ditempati oleh BBC World News. Pemberitaan oleh CNN
pasti bisa membentuk opini publik yang menontonnya dan penerapan dari
teori Libertarian terlihat dari kebebasan yang dimiliki oleh CNN dalam
menayangkan sebuah berita kepada masyarakat yang terkadang bersifat
mengkritisi kebijakan pemerintah AS sampai dengan dunia internasional
beserta isu-isu globalnya. CNN berhak memberitakan pada masyarakat
tentang informasi yang mereka dapat tanpa takut akan adanya intervensi
terhadap pemberitaan yang akan mereka angkat.
Terkait pada kasus Palestina-Israel, CNN pada tanggal 31 Desember
2008 dengan Anchor-nya Rick Sanchez memberitakan mengenai pelanggaran
perjanjian gencatan senjata oleh Israel. Pada saat itu Rick Sanchez
menayangkan beberapa video yang memperlihatkan IDF attack yang dilakukan
oleh Israel terhadap Gaza-Palestina dengan jumlah korban meninggal 390
orang dan 1600 orang terluka akibat serangan tersebut dan lebih dari
setengah populasi rakyat Gaza yang kehilangan rumah mereka sehingga
harus tidur di tenda penampungan yang sangat jauh dari kata layak.
Dimana kemudian terdapat video yang memperlihatkan tank-tank Israel yang
berjejer di daerah perbatasan dan dalam posisi siap menyerang dengan
satu kali perintah, hal ini sesuai dengan penuturan dari salah satu
komandan Israel yang tidak ingin namanya disebutkan. Menurut IDF (
Israeli Defense Force ) alasan mengapa mereka menyerang Gaza karena
terdapat bukti video yang mereka miliki yang memperlihatkan
terowongan-terowongan yang mengarah pada Mesir dan perbatasan antara
Gaza dan Israel. Terowongan-terowongan ini ( menurut Israel ) digunakan
untuk memasok bahan bakar dan persenjataan bagi Hamas dalam melawan
Israel dan hal ini diyakini oleh Jim Clancy, koresponden dari CNN
Internasional sekalipun Rick Sanchez mengatakan bahwasanya terowongan
tersebut digunakan untuk memasok bahan makanan untuk rakyat Gaza yang
terisolir. Hal inilah yang kemudian dijadikan alasan bagi Israel dengan
mengatakan bahwasanya yang mengawali adalah Hamas tetapi kemudian
terdapat sanggahan dari Mustafa Barghouti seorang legislasi Palestina
yang mengatakan bahwasanya, “media massa dunia terlalu percaya pada apa
yang dikatakan Israel padahal apa yang mereka katakan adalah suatu
kebohongan. Kenyataannya yang selalu tidak patuh pada perjanjian
gencatan senjata adalah Israel…” hal ini kemudian diselidiki oleh CNN
yang kemudian menemukan beberapa fakta mengejutkan yang mana membenarkan
apa yang dikatakan oleh Mustafa Barghouti. CNN menemukan beberapa bukti
mengenai penyerangan tersebut seperti yang diungkap berikut ini :
“Which they confirmed, two months ago – this is back in November –
there was an attack. It was an Israeli raid that took out six
people… The six month ceasefire started coming apart at the
beginning of November after Israeli commandos killed a team
of Hamas fighters during a raid on tunnel they suspected
was being dug for kidnapping of Israeli soldiers. That
raid set off more Palestinian rocketing, That’s
U.S. News and World Report…
The Guardian,
A four-month ceasefire between Israel and Palestinian militants in
Gaza was in jeopardy today– this was actually reported when it
happened –after Israeli troops killed six gunmen in a raid in
the territory…
Economist.com, The last straw came in
November, when Israelis killed six gunmen it said were digging tunnels
to launch raid onto Israel, spurring Hamas to respond with abarrage of
rockets.”
Tetapi kemudian yang menjadi pertanyaan penting pada bahasan CNN kali
ini tidak lagi siapakah yang memulai perang ini terlebih dahulu tetapi
lebih kepada apa yang dirasakan oleh rakyat di masing-masing negara yang
mana merasakan dampak dari peperangan ini
[6].
Apa yang diberitakan oleh CNN terkait konflik antara Palestina dan
Israel yang selama ini selalu berpusat pada siapa yang memulai
peperangan terlebih dahulu memang sudah tidak lagi menjadi tajuk utama,
pemberitaan kemudian beralih kepada apa yang dirasakan oleh penduduk
yang tak lain merupakan korban dari peperangan yang tak kunjung usai
ini. Sudut pandang lain yang berani diangkat oleh CNN ini menunjukkan
bahwasanya CNN memegang teguh apa yang menjadi prinsip bagi media massa
yang libertarian yaitu memberitakan secara terbuka pada masyarakat apa
yang sudah mereka dapat tanpa adanya unsur keberpihakan pada salah satu
pihak sekalipun memang tidak dapat dipungkiri terdapat unsur “menjual”
yang juga diperhatikan oleh CNN sebagai stasiun televisi kabel yang
menganut Libertarian. Inilah yang diungkap oleh CNN selain memberitakan
dari sudut pandang Palestina CNN juga memberitakan dari sudut pandang
Israel sehingga publik mampu menganalisa sendiri mana yang menurut
mereka benar dan mana yang menurut mereka salah atau mungkin malah
memunculkan suatu perspektif baru terkait pemberitaan ini, seperti yang
dapat dilihat dari pendapat salah seorang penonton CNN yang mengatakan :
“Sad. Just like children. They both need to own up their action.
[7]”
Sudah sangat tidak relevan memang membicarakan siapa yang salah dan
siapa yang benar saat ini dan inilah yang ingin diangkat oleh CNN ketika
mereka mewawancarai seorang warga Palestina, Hasan dan seorang warga
Israel, Karen Zivan. Kedua korban ini mengatakan hal yang benar-benar
diluar perkiraan kita sebelumnya yang mana mereka mengatakan :
“Oh, of course. And I feel for their pain. I would -I would invite
everyone in Gaza who doesn’t want to be in Gaza to my home. But if my
home is in the south, they wouldn’t want to be there because rockets
are landing there (Karen Zivan’said)… You know, I’m human. I’m
human and I feel – I have been under this — I’ve been
living, you know, in this situation for a very long time. And I
know suffering. I have suffered, you know, a long here. So
I really sympathize with all the people who are suffering
all over the world because I lived it, because I feel it because —
it is from time to time, it is just — you know, you are living the
moment this is really scary. And the night is – from here to the
morning, we spend it all shivering. And I want to tell Karen
just one thing, that it is here because of the bombardment —
all our windows are open in case of bombardment (Hasan’s said).”
Bila dilihat dalam teori komunikasi massa, teori Multi-Langkah lah
yang dapat menjelaskan fenomena ini, teori ini mengatakan bahwasanya
pengaruh itu bergerak dari media ke khalayak kemudian kembali pada media
begitu seterusnya sehingga kita tidak hanya dipengaruhi oleh media
melainkan juga interaksi antarpribadi yang kemudian mempengaruhi media
dan orang lain. Hal inilah yang terjadi pada saat CNN memutar berita ini
yang kemudian diapresiasikan dengan berbeda-beda oleh masyarakat.
Ketika CNN mengangkat suatu berita maka perspektif penonton akan
langsung bekerja dan melalui interaksi kemudian menciptakan suatu opini
publik. Seperti yang nampak saat CNN mengangkat berita mengenai nasib
para korban perang antara Palestina-Israel ini ditambah dengan opini
yang disampaikan oleh Hasan dan Karen semakin mampu membentuk opini
dalam pikiran tiap penonton CNN. Beberapa contoh yang terlihat setelah
pemberitaan ini dimuat adalah munculnya lagu
We Will Not Go Down
milik Michael Heart. Musisi kelahiran Syiria yang kemudian menetap di
Amerika Serikat ini mengaku menciptakan lagu tersebut setelah melihat
pemberitaan CNN dan media-media lain yang memberitakan korab Palestina.
Ia marah dan terharu ketika melihat pemberitaan tersebut dan pada awal
Januari 2009 ia menciptakan sebuah lagu yang ditujukan untuk korban Gaza
dan menggratiskan lagunya untuk di download ia juga menyarankan warga
dunia untuk ikut serta menyelamatkan Gaza dengan memberikan sumbangan ke
UNICEF atau ke badan-badan lain yang menangani usaha penyelamatan
rakyat Gaza-Palestina
[8].
Efek daripada lagu ini pun juga sangat nampak di seluruh penjuru dunia
yang mengecam tindakan Israel seperti yang terlihat di beberapa belahan
dunia. Seperti yang dikutip oleh Detik.com pada hari Kamis (1/1/2009),
beberapa negara Arab meniadakan perayaan pergantian tahun, negara-negara
tersebut antara lain Mesir, Jordania, Uni Emirat Arab dan Syiria. Hal
ini mereka lakukan sebagai bentuk solidaritas atas penderitaan warga
Palestina dan pembantaian yang terjadi di Gaza
[9]. Lalu penggalangan dana bagi para korban yang dilakukan oleh warga indonesia yang ada di Malaysia pada tanggal 7 Januari 2009
[10].
Kemudian demo-demo yang terjadi di Indonesia juga memperlihatkan betapa
pemberitaan oleh media massa mampu menggerakkan opini publik.
Maka bila diambil kesimpulan dari pembahasan diatas adalah tugas
menyampaikan suatu kebenaran ternyata bukanlah hal yang mudah. Ada
berbagai kepentingan yang ikut ambil bagian dalam penyampaian suatu
kebenaran. Oleh karena itu Media massa, khususnya televisi harus mampu
berdiri pada pihak yang obyektif dalam penyampaian suatu berita pada
masyarakat yang haus akan informasi. Pemberitaan oleh media massa
televisi yang dianggap berkualitas, CNN dalam hal ini merupakan suatu
proses pembentukan opini publik secara langsung. Sehingga jelas terdapat
pengaruh dari pemberitaan CNN terkait kasus Palestina-Israel dalam
membentuk opini publik yang awalnya opini publik berputar pada saling
menyalahkan antara Hamas-Palestina dan Israel kemudian mulai berubah
memikirkan dampak yang diakibatkan dan diderita oleh para korban perang.
Sudut pandang lain yang berani diangkat oleh CNN ini merupakan cerminan
dari penerapan teori Libertarian yang sangat memberikan kuasa,
keleluasaan dan kebebasan pada media massa dalam mengumpulkan data
sampai pada tahap menyampaikannya pada masyarakat luas walaupun memang
tidak dapat kita pungkiri bahwasanya sangat tidak mungkin bila CNN tidak
memiliki kepentingan dibalik pemberitaan tersebut dan seperti yang
disebutkan sebelumnya, pemberitaan yang diangkat oleh CNN ini sangat
memperhitungkan nilai jualnya dan kepentingan yang ada disini bukanlah
kepentingan dari para petinggi salah satu pihak melainkan murni karena
nilai jual dari berita yang akan ditayangkan karena salah satu tujuan
dari Teori Libertarian adalah menjual berita.